Growl
*Prolog*
Upacara
kelulusan di sebuah Junior High School di tengah kota Seoul berjalan lancar. Suasana
haru dan bahagia menguar dan memenuhi udara. Cicit burung yang bersahutan ikut
memeriahkan suasana. Semua nampak gembira dan bahagia. Dengan nilai yang
memuaskan mereka semua akan masuk ke sekolah menengah atas dengan mudah. Meneruskan
hingga ke perguruan tinggi dan mengejar cita-cita masing-masing.
Suasana
bahagia tak ada dalam diri seorang Jung Han Mi. gadis pandai dan berbakat dalam
segala bidang itu berlari tergesa menuju gerbang. Menggenggam ijazah dan ponsel
di satu tangan. Pipi merah mudanya basah. Rambut hitam sepunggung yang
dibiarkan tergerai berantakan karena angin. Dia terus berlari tak peduli berapa
banyak orang yang tertabrak dan mengumpat. Dia juga tak menyadari ada seseorang
yang mengikutinya dari belakang, Membungkuk dalam dan menggumamkan kata maaf kepada
semua orang dan kembali mengikuti gadis itu.
Jung
Han Mi disana, dengan seorang wanita paruh baya di hadapannya. Gadis itu
menatap lurus ke depan. Tapat di mata wanita yang ada di hadapannya.
Han
Mi menarik napas panjang sebelum berkata, “Kenapa?” susah payah dia bicara. Matanya
mulai berair lagi.
“Kenapa?
Ke.. kenapa, ibu?” bahunya berguncang tak beraturan. Dadanya naik turun menahan
emosi. Yang ditanya hanya diam. Membiarkan kesunyian menginvansi ketegangan,
sebelum dia melepas kacamata hitamnya. Perlahan lengannya luruh di samping
tubuhnya. Senyum separo menghias wajah angkuhnya.
“Tanya
saja pada lelaki tua yang kau sebut ayah itu!” mengacungkan kacamata hitamnta kearah
Han Mi. Dia berbalik dan memakai kacamatanya lagi “Aku harus pergi. Aku tak
memiliki banyak waktu.” Pengawal membukakan pintu untuknya. Sebelum pintu itu
tertutup wanita paruh baya itu mengucapakan satu kalimat yang membuat Han Mi membeku.
Merasakan ribuan anak panah yang melesat menuju satu titik pasti yang ada di
sebelah kiri bagian tubuhnya. Bagian tubuh yang merupakan sumber kehidupan
setiap manusia. Meluncur dan menancap dalam dalam jantungnya. Menimbulkan luka
bernanah yang tak akan pernah bisa sembuh.
“Ah..
dan satu lagi. Aku bukan lagi ibumu.” Kalimat yang meluncur dengan lancar dari
mulut seorang wanita yang telah melahirkan anaknya. Kalimat yang seperti sudah
ribuan tahun dipendam dalam kubah nanah yang tertutup. Tak ada yang tahu
kecuali dirinya. Satu kalimat yang menghancurkan gadis semata wayangnya.
***
Disana,
dibalik tembok sebaga saksi bisu kekerasan batin terhadap anak kandung, seseorang
mengepalkan tangannya. Menahan emosi yang meledak-ledak. Dalam hati dia
mengutuk ayahnya yang melakukan kegiatan biadab itu. Bagaimana bisa dia
membiarkan malaikatnya terluka seperti ini? Melihat malaikatnya disakiti secara
langsung sudah membuatnya gila. Apalagi membiarkan sayap milik malaikatnya
kehilangan bulunya sedikit demi sedikit kemudian mati. Tidak! Dia tak akan
melakukan itu. Dia berlari dan merengkuh malaikatnya. Mendekapnya dengan kasih sayang
dan perlindungan. Berusaha menenangkannya dengan kata-kata lembut menjanjikan.
“Jangan
khawatir.. aku akan melindungimu. Aku janji.”
TBC
aaiihh... sedikit lega bisa nulis prolognya.. hehe, ya walau baru prolog sih dan ini sangat pendeeeeek... uuuuh maafkan akuu
ini ff request dari pembaca setiaa.. aihh.. ff request dari Nyonya Wu atau cik vira. semoga suka deh.. buat pembaca yang lain.. semoga menikmati. Harus review yaaah... aku bakal lebih semangat buat ngelanjutnya, dan kalian adalah inspirasikuuu.... muaah /cium satu-satu/

Annyeong... Saran dikit dulu yes alurnya jgn kecepetan tetep oke sih ditunngu ya yg full version :*
BalasHapusAnnyeonghaseyo~ terimakasih sudah baca dan komentar.. :)
Hapusini baru prolog kok, masih ada lanjutannya. yang pasti.. jangan bosan menunggu dan jangan bosan komnetar yaa, like juga deh kalo perlu. gomawo~ *bow