EXO

EXO

Selasa, 16 Desember 2014

[Ficlet] I Won't Brother


| I Won't Brother! | Park Chanyeol & (OC) |
Family, Romance, Brotherhood, Comedy | DipBeam | 1000+ |

If you hope have a brother
And you thinking it’s be gratify
You’re wrong!


Aku tahu. Bagi kalian yang tidak mempunyai kakak, terutama kakak laki-laki pasti iri kepada orang lain yang memilikinya dan berpikir bahwa akan menyenangkan memiliki —orang/seseorang— yang disebut kakak laki-laki. Jika kau adalah salah satu yang berpikir seperti itu maka kau salah besar. Ingat! kau SALAH BESAR!
Memiliki kakak laki-laki tidak se-menyenangkan yang kau kira. Tidak se-indah yang kau banyangkan. Apalagi memiliki kakak laki-laki yang tergolong tampan. Uuh.. sungguh itu menyebalkan.
Saat kau membayangkan kakak laki-laki tampanmu kau ajak ke upacara kelulusanmu, dengan dalih bahwa kau ingin ditemani saat detik-detik pengumuman yang menegangkan. Agar ada yang bisa menenangkanmu dengan menepuk-nepuk halus punggungmu, mendekapmu, mengusap puncak kepalamu, dan yang pertama kali mengucapkan selamat saat kau naik ke panggung untuk menerima penghargaan dan ijazah kelulusan. Namun, semua itu hanya expectation.
Seperti saat itu. Saat aku mengajak kakakku untuk menemaniku menghadiri upacara kelulusan karena ayah dan ibu-ku harus mengurus perusahaan —orang tua macam apa yang seperti itu—, itu sebabnya aku mengajak kakakku. Walaupun aku sedikit ragu untuk membawa serta kakakku ke sekolah dengan siswi yang terkenal genit —Tentunya aku tidak termasuk.
Mobil kami memasuki halaman sekolah menuju tempat parkir tepat di samping aula. Kami turun saat mobil kami sudah terparkir rapi. Memang dasarnya kakakku yang mempunyai tingkat ke-PDan yang overdosis, dia merapikan baju dan sedikit mengacak rambutnya. Aku hanya berdecak kesal di luar mobil menunggu prince sok tampan —sebenarnya dia memang tampan— yang sedang berdandan.
Aku menghentakkan kakiku saat sudah sampai di depan pintu kemudi. Mengetuk kacanya dengan brutal. “Cepat! Kau tak akan pernah terlihat tampan walaupun kau memperbaiki penampilanmu berjuta-juta kalipun! Sekarang keluar!” aku berteriak dari luar sambil menendang-nendang pelan pintu mobil.
“Slow down my little princess!” ucap kakakku saat selesai dengan acara ‘self makeover’ di dalam mobil. “Aku bukan putri kecil yang harus kau gandeng kemana-mana.” Ketusku sembari menghentakkan genggaman Chanyeol yang ada di tanganku. Bukannya diam dia semakin menjadi dengan mengacak rambutku. “Park Chanyeol! Singkirkan tanganmu!” dia terkekeh. Tangannya merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan kaca mata hitam. Dia berjalan mendahuluiku, menebarkan pesona kepada setiap gadis yang ada disana —oh, jangan lupakan teriakan dan decakan kagum dari setiap orang.
“Ya Tuhan… aargghh..” aku berteriak frustasi dan berlari menyusul kakakku yang super duper menyebalkan. Sampai kapanpun!
.
.
Hari kelulusan yang seharusnya menyenangkan dan mengharukan, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Hari itu menjadi hari yang sangat menyebalkan bagiku. Hari itu berakhir dengan penampilaku yang sudah acak-acakan. Bukan karena dikerjai, tapi lebih dari itu. Aku bersumpah itu bukanlah hal baik.
Aku dikejar-kejar dan dikerumuni teman-teman gadisku yang meminta nomor ponsel dan ingin berkenalan dengan Park Chanyeol! Sungguh, bukannya aku tidak mau memberi mereka nomor ponselnya, tapi aku sudah muak dengan semua ini. Aku berlari menuju mobilku dan mencaci maki Chanyeol yang sudah ada disana dengan senyum lebar menggodaku.
.
.
.
Itu masih biasa. Belum lagi saat malam pergantian tahun. Aku yg memang sedang malas keluar bersama teman-teman lagi-lagi harus keluar bersama kakak laki-laki gila bernama Park Chanyeol. Uuh.. dia benar-benar freak!
“Belikan aku sosis panggang yang disana!” ucapku saat kami beristirahat di salah satu bangku taman. Aku menunjuk salah satu stand makanan yang berjajar rapi di sekitar taman. “Berbicaralah lebih manis padaku.” Ucapnya acuh. Dia memainkan ponselnya. “Tidak akan. Cepat belikan, aku lapar.” Dia masih bergeming. Pandangannya fokus pada ponselnya. “Ya!” aku berteriak tepat di telinganya. “Aish.. panggil aku oppa.” Perintahnya. “Tidak akan!” “Okey! Itu mau mu.” Chanyeol beranjak dan berbalik. Aku berpikir bahwa dia akan membelikan apa yang aku minta. Dia berjalan melewati stand sosis panggang. Aku berteriak dan mengejarnya.
“Ya! Kau menyebalkan.” Hardikku saat tanganku berhasil menggapai ujung mantelnya. “Oppa~” ucapnya menuntunku untuk memanggilnya dengan sebutan itu. “Tidak!” jawabku ngotot. “Oppaaa~” dia masih berusaha membujukku. Dan saat ini dia mendekatiku. Menjulurkan tangannya ke pinggangku. Dan….
“Ya! Ya! Oke oke.. berhenti hahaha.. menggelitik! Berhentii!! Ya!!” aku berusaha menghindar, tapi tangan kanannya menahan tubuhku. “Panggil aku oppa!” katanya, masih dengan menggelitik pinggangku.
“Oppa.. haha.. lepaskan..” nafasku bergemuruh. Perutku sakit dan kami duduk di tanah karena kelelahan, terutama aku. Sungguh aku benar-benar lelah. Pinggang adalah daerah sensitifku dan Chanyeol menggelitiku disana. Aku benci itu.
“Nah.. kau jauh lebih manis jika memanggilku seperti itu.” Dia girang sambil bertepuk tangan. Dia benar-benar tidak tahu malu. Aku saja sudah menutup wajahku sejak tadi karena mayoritas orang-orang disana menjadikan kami tontonan gratis.
Aku berdiri dengan kesal. Aku menginjak kakinya dan berteriak “Dasar gila! Cepat belikan aku sosis itu!” aku akan beranjak, tapi Chanyeol lagi-lagi menahanku. “Panggil aku ‘oppa’ dan bicaralah dengan manis!” ucapnya final.
Huh.. oke, sekali ini saja aku mengalah. Aku menghela napas panjang dan memasang wajah semanis mungkin. “Oke— “Chanyeol oppa, tolong belikan aku sosis panggang yang ada disana.” Aku tersenyum. Entah itu senyum asli atau terpaksa. Aku tidak tahu. Yang penting dia mau membelikan sosis itu untukku. “Tunggu sebentar chagi-ya aku akan membelikan sosis panggang special untukmu.” Chanyeol mengacak rambutku dan mencubit kecil hidungku. “Aku bukan kekasihmu! Pergi!” aku mendorong Chanyeol yang masih terkekeh. Dia benar-benar menyebalkan.
.
.
.
Aku duduk di bangku taman yang sebelumnya. Menunggu Chanyeol membawakan sosis panggang pesananku. Sungguh aku berani bersumpah dari sini aku bisa mendengar orang-orang mebicarakan ku. ‘Mereka cocok.’ ‘mereka romantis’ ‘apakah mereka berpacaran?’ ‘pasti mereka sepasang kekasih’ ‘mereka sangat serasi’
Apa mereka tidak punya bahan pembicaraan lain selain itu? Benar-benar menyebalkan.
Saat aku mulai bosan Chanyeol datang dengan dua sosis panggang jumbo memenuhi kedua tangannya. Cengiran khasnya tidak pernah luntur. Senyum idiot yang memalukan. Dia duduk di sebelahku dan menyerahkan salah satu diantara keduanya kepadaku. Sesaat kami terdiam. Menikmati sosis panggang yang ada di tangan masing-masing sebelum suara berat milik kakak idiotku memecah keheningan yang tercipta di antara kami.
“Kau tau apa yang bibi penjual sosis panggang katakan padaku?”
“Kau lupa membayar.”
“Bukan.
“Kau menumpahkan sausnya.”
“Bukan juga.”
“Kau lupa mengambil kembalian?”
“Bukan. Bukan itu.” Suaranya meninggi.
“Bagaimana aku tahu? Aku dari tadi duduk disini! Idiot!” suaraku tak kalah tinggi. Aku muak dengannya.
“Dia menganggap kita sepasang kekasih yang serasi. Dan dia memberikanku ini.” Katanya girang sambil menjulurkan dua kalung couple berbentuk bintang dan bulan ke depan wajahku.
“What?!” mataku membulat. Sungguh ini gila. Benar-benar gila. Aku tak bisa mempercayai ini. Bagaimana bisa semua orang beranggapan bahwa aku dengan orang idiot ini berpacaran? Tidak! Aku tidak sudi berpacaran dengan dia.
“Tidak usah berpura-pura kaget. Kau senang kan semua orang berkata kalau kita pacaran?” Chanyeol mengedipakan sebelah matanya ke arahku. Memamerkan gigi rapinya dan wajah polos yang menjijikan.
“Sungguh! Kau gila Park Chanyeol!!” aku berdiri dan memukul kepalanya dengan tas tanganku dan pergi meninggalkannya yang berusaha mengejarku.
.
.
That’s the reality!
.
.
That’s crazy! And I hate it.
I hate my brother 
‘coz he makes me crazy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar