EXO

EXO

Selasa, 16 Desember 2014

[Ficlet] Gomawo Hyung


Title: Gomawo Hyung
Author : DipBeam
Cast: Sehun dan Luhan
Genre: Brothership, little bit comedy, fluff
Length: Ficlet

“Daratan yang menjorok ke laut disebut?”
“Teluk.”
“Penanaman kembali hutan gundul disebut?”
“Reboisasi.”
“Sebutkan sifat gas!”
“Tidak berwujud dan bau.”

“Hah??”


“TIDAK BERWUJUD DAN BAU.” Ulang Sehun keras dan percaya diri. Merasa jawabannya benar. “Ya! Hyung, sakit! Kenapa kau memukulku?” sungut Sehun saat Luhan memukul kepalanya dengan gulungan buku.
“Apa jawabanmu?” Luhan bertanya lagi. Matanya menatap Sehun lekat. Tangannya menggulung lagi buku yang ada di tangannya hingga padat. Sehun menjawab lebih keras dan lebih percaya diri dari sebelumnya sambil mengelus puncak kepalanya yang sakit.
“TIDAK BERWUJUD DAN BAU!! APA KAU TULI HYUNG!” Sehun kembali berteriak saat Luhan memukul kepalanya lagi dengan lebih keras. Berkali-kali lipat lebih keras dari yang pertama.
“Kau sedang memikirkan apa hah? Aku bertanya sifat dari gas!” Luhan membentak Sehun yang mengerucutkan bibir dan sekarang kedua tangannya sedang mengelus kepalanya. Sehun menjawab dengan polos. “Kentut.” Sepolos jawaban anak TK.
“Ya ampun…” sekarang Luhan yang memukul kepalanya. Merutuki dirinya sendiri. “Aku bertanya apa saja sifat dari gas. Kenapa kau menjawab itu!” Luhan menggerutu. “Volume dan bentuknya berubah-ubah. Itu jawaban yang benar.” Luhan membalik-balik halaman buku yang ada di tangannya. Melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh Sehun.
Luhan akan berteriak dan dibuat kesal jika Sehun mulai ngelantur seperti tadi. Dan berujung luhan yang mengelus dada berusaha menyabar-nyabarkan dirinya sendiri. Buku yang digenggamnya juga mendapatkan imbasnya. Pasalnya buku itu sudah tak berbentuk. Kusut disana-sini karena genggaman tangan Luhan yang sangat erat.
“Yasudah.. sekarang kita tidur. Sudah cukup belajarnya, besok kau harus ujian dan tidak boleh kelelahan.” Ucap Luhan sambil membereskan perlengkapan belajar yang berserakan. Sehun segera berganti baju menjadi piyama tidur bergambar Larva kartun kesukaannya—berwujud gumpalan berwarna kuning dan merah—. Seperti anak kecil? Right! Dia memang seorang bocah berumur 10 tahun yang akan ujian besok. Hanya badannya saja yang tinggi, bahkan tingginya hampir sama dengan kakaknya yang sudah lulus sekolah menengah pertama.
Luhan mematikan lampu kamar Sehun dan berjalan keluar kamar, tapi dia berbalik berjalan ke arah tempat tidur Sehun dan membenarkan selimut yang Sehun pakai dan menucapkan kata penyemangat untuk adik kesayangannya itu. Luhan keluar. Sebelum menutup pintu dia mengucapkan selamat malam dan melontarkan senyum manisnya.
*****
Luhan terlihat sedang santai membaca komik. Dia duduk di sofa ruang keluarga dengan kakinya dia silangkan di atas sofa. Luhan sangat serius. Seperti ada sebuah tameng yang memisahkan dirinya dari dunia nyata saat Luhan sudah membaca komik. Bahkan suara petir yang kekuatannya berpuluh-puluh ribu volt dan bisa saja meretakkan tanah di bumi dia hiraukan jika sudah bermesraan dengan kekasihnya itu—komik detective connan.
Bahkan dia tidak menyadari jika adik kesayangannya sudah datang. Membuka pintu dengan gaduh dan berlari ke arahnya. Jika Sehun tidak merebut paksa ‘kekasih’ kakaknya itu dia pasti sudah menjadi kacang gosong karena di hiraukan. Tak tersentuh sedikitpun oleh calon pemakannya.
“Ya! Kembalikan komikku. Aku sedang membaca!” Luhan berteriak sambil berkacak pinggang. Berdiri mengadap Sehun yang memainkan komiknya sambil memandang lurus ke arah Luhan.
“Tidak! Kau tahu hyung, aku sudah berdiri disini sejak lima belas menit yang lalu memanggil-manggil namamu, melakukan banyak hal untuk menyadarkanmu jika aku sudah pulang, tapi tidak ada satupun caraku yang berhasil. Maka dari itu aku terpaksa merebut ‘kekasihmu’ agar kau sadar!” Sehun mencak-mencak kepada kakaknya. Mengungkapkan apa yang dia pikirkan secara langsung. Luhan hanya diam menghadapi adiknya karena percuma jika dia membalas semua perkataan Sehun. Yang ada, di rumah itu akan ada pertarungan sengit antara adik-kakak yang sama-sama labil.
“Ck,, yasudah aku minta maaf,” Luhan kembali duduk di sofa. Kali ini dia tidak membawa serta ‘kekasihnya’ —karena disita oleh Sehun. Luhan menepuk tempat kosong yang ada di sebelah kanannya. Memberi Sehun isyarat untuk duduk disana. Sehun masih berdiri di tempatnya semula. Dia enggan menuruti apa yang diperintahkan oleh kakaknya. Hatinya masih kesal di abaikan seperti tadi. Dia ingin membalas dendam dengan cara tidak menuruti perintah kakaknya. Namun, dia tidak akan bisa karena bagaimanapun Luhan, dia tetaplah kakaknya. Kakak kesayangannya. Dan akan tetap seperti itu.
Sehun berjalan pelan ke sofa dan duduk disana. Pandangannya lurus ke depan dan kedua tangannya dia lipat di depan dada. Masih merajuk. Luhan terkekeh melihat tingkah Sehun. Sangat lucu—dengan pipi yang digembungkan, bibir yang mengerucut seperti anak bebek yang lucu, dan gerutuan-gerutuan kecil andalannya.
“Bagaimana ujianmu tadi?” Tanya Luhan. Sehun yang tadinya diam, seketika menjawab dengan semangat.
“Waaah.. aku bisa hyung. Aku mendapat nilai A di ujian ku ini.” Sehun membanggakan dirinya sendiri. Dia benar-benar senang mendapat nilai sempurna saat ujian.
Luhan tersenyum bangga. Dia menepuk puncak kepala adiknya dan berkata, “Aku bangga padamu Sehun.” Luhan tersenyum saat melihat adiknya tersenyum ceria. Tak dipungkiri dia benar-benar bangga dan senang saat adiknya mendapat nilai sempurna.
“Aaaahh.. aku lupa hyung. Aku punya sesuatu untukmu.” Sehun mengobrak-abrik isi tasnya. Memekik gembira saat menemukan yang dia cari. “Naaah.. Ini!” Sehun memberikan secarik kertas berwarna kuning dengan gambar gambar Larva dibagian pojok bawah —Sehun benar-benar maniak kartun menjijikan itu(setidaknya menurutku)— “Apa ini?” Luhan menerima kertas itu dan membolak-baliknya. Saat dia akan membukanya Sehun merebut kertasnya kembali. “Eits… dibaca sendiri nanti. Jangan sekarang. Oke! Aku mau tidur. Bye hyung…” Sehun berlari ke kamarnya setelah melempar kertas itu pada Luhan.
“Ya! Tidak sopan!” Luhan berteriak menghardik Sehun. “Maaf hyung!” Sehun membalas teriakan Luhan dari dalam kamar. Benar-benar tidak sopan.
Luhan kembali memposisikan badannya agar duduk lebih nyaman. Menghadap ke televisi yang menampilkan layar hitam dan membaca kertas yang diberikan Sehun padanya.

Hyung, makasih ya udah ngajarin aku belajar buat ujian.
Sekali lagi terimakasih hyung.
Aku sayang hyung.
—Sehun yang tampan—
Hanya 3 kalimat sederhana yang di tulis oleh seorang anak laki-laki berumur 10 tahun dengan tulisan cakar ayam yang sama sekali tidak rapi, tapi itu sudah mewakili segala yang telah terjadi. Rasanya ingin tertawa sekaligus menangis membaca surat dari adiknya. Luhan terkekeh pelan dan mengambil nafas panjang sebelum..
“Hey! Aku lebih tampan darimu Sehun!”
“Tidak! Kau tidak tampan, hyung. Kau cantik!”
Setelah itu teriakan-teriakan kembali terdengar. Saling mengejek satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah. Karena memang mereka masih sama-sama bocah.

Terkadang berterimakasih itu tak harus disimbolkan dengan barang.
Tidak harus dengan tindakan yang terlihat mencolok.
Hanya dengan secarik kertas dan kalimat sederhana.
Kau bisa mengekspresikannya.
Kata terindah dan termanis di seluruh dunia.
Simple.

THE END

Thanks for reading and please leave your comments *bow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar